Kena Kena Lagi: Kenapa Kita Terus Terusan Tertarik?
Guys, pernah nggak sih kalian ngerasa kayak, "Aduh, kena lagi kan gua!"? Ya, kita semua pernah ngalamin momen itu. Entah itu terjebak dalam hubungan yang toxic, kecanduan game yang nggak ada habisnya, atau sekadar nggak bisa nahan diri buat jajan online padahal dompet udah menjerit. Fenomena "kena lagi" ini kayaknya udah jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, dan jujur aja, kadang bikin frustrasi banget. Tapi, kenapa sih kita kayak punya magnet buat tertarik pada hal-hal yang akhirnya bikin kita nyesel? Apa ada alasan psikologis di baliknya, atau kita emang dasarnya punya faulty wiring? Mari kita bedah satu per satu, biar kita bisa lebih ngerti diri sendiri dan, siapa tahu, bisa keluar dari lingkaran setan ini. Siap-siap ya, karena ini bakal jadi deep dive ke dalam kenapa kita sering banget "kena"!
Mengapa Kita Terus Terusan Tertarik Pada Hal yang Sama?
Jadi gini, guys, salah satu alasan utama kenapa kita terus menerus "kena" pada hal yang sama itu seringkali berakar pada kebiasaan dan pola pikir yang udah terbentuk lama. Otak kita itu pada dasarnya suka banget sama yang namanya efisiensi. Makanya, dia bakal ngulangin pola-pola yang udah dia kenal, bahkan kalau pola itu ternyata nggak baik buat kita. Anggap aja kayak jalan pintas. Kalau kita udah terbiasa lewat jalan A yang ternyata banyak lubangnya, tapi kita udah hafal di mana aja lubangnya, otak kita bakal milih jalan itu lagi daripada nyoba jalan B yang belum kita kenal tapi mungkin lebih mulus. Ini namanya cognitive bias, salah satunya confirmation bias. Kita cenderung nyari informasi atau pengalaman yang mengkonfirmasi keyakinan kita yang udah ada. Jadi, kalau kita percaya bahwa kita itu nggak beruntung dalam percintaan, kita bakal terus nyari bukti-bukti yang mendukung keyakinan itu, dan tanpa sadar malah menarik orang-orang atau situasi yang bikin kita merasa nggak beruntung lagi. Mind-blowing, kan?
Belum lagi soal fear of missing out (FOMO) yang sekarang lagi merajalela. Di era media sosial ini, kita terus menerus disuguhi kehidupan orang lain yang kayaknya sempurna. Lihat teman liburan ke luar negeri, lihat tetangga beli gadget baru, lihat selebgram pamer outfit keren. Alhasil, kita jadi merasa ketinggalan kalau nggak ikut-ikutan. Akhirnya, kita malah beli barang yang nggak kita butuhin cuma gara-gara FOMO, atau setuju sama ajakan teman buat nongkrong padahal besok harus kerja pagi. Ujung-ujungnya, bukan cuma nyesel doang, tapi bisa juga bikin kantong jebol dan badan capek. Ini bukan salah kita sepenuhnya, guys. Kita adalah makhluk sosial yang butuh pengakuan dan rasa memiliki. FOMO itu sebenarnya manifestasi dari kebutuhan dasar kita itu, tapi sayangnya, di zaman sekarang, kebutuhan itu seringkali dimanfaatkan oleh berbagai platform dan trend buat bikin kita terus konsumtif dan merasa nggak cukup. Kita harus pintar-pintar nih membedakan mana kebutuhan asli kita, mana yang cuma dorongan sesaat akibat pengaruh luar.
Mengatasi Kebiasaan "Kena Lagi"
Nah, gimana dong cara ngatasin kebiasaan "kena lagi" ini? Pertama dan terpenting adalah self-awareness. Kita harus jujur sama diri sendiri. Apa sih pola yang selalu berulang dalam hidup kita? Kapan biasanya kita mulai "kena"? Apa pemicunya? Coba deh bikin catatan kecil atau jurnal. Tulisin deh momen-momen ketika kalian ngerasa "kena lagi". Makin detail makin bagus. Apa yang kalian rasain sebelum kejadian itu? Apa yang kalian pikirin? Siapa yang ngajak? Di mana lokasinya? Informasi ini bakal jadi kunci buat kita ngeliat pola yang selama ini mungkin nggak kita sadari. Setelah kita punya gambaran yang jelas, baru kita bisa mulai intervensi.
Misalnya, kalau kalian sering "kena" dalam urusan percintaan karena cenderung memilih pasangan yang emotionally unavailable, coba deh identifikasi red flags yang sering kalian abaikan. Mungkin dia nggak pernah cerita soal masa lalunya, atau selalu punya alasan buat nggak ketemu orang tuamu. Sadari bahwa red flags itu bukan tantangan yang harus kalian taklukkan, tapi peringatan bahwa hubungan ini mungkin nggak sehat. It’s okay to walk away, guys. Nggak ada jaminan pacaran sama orang yang available bakal mulus terus, tapi setidaknya potensi masalahnya lebih kecil.
Untuk urusan belanja berlebihan, coba deh terapkan aturan sederhana sebelum beli sesuatu yang harganya lumayan. Tanyain ke diri sendiri, "Apakah aku beneran butuh barang ini?" atau "Bisa nggak aku nunggu seminggu dulu sebelum beli ini?" Seringkali, barang yang tadinya kelihatan urgent banget bakal terasa biasa aja setelah beberapa hari. Atau, kalau kalian sering banget tergoda promo flash sale, matikan notifikasi toko online favorit kalian. Buat batasan yang jelas antara keinginan dan kebutuhan. Mengatasi kebiasaan ini memang nggak gampang dan butuh waktu. Nggak ada yang namanya instant cure. Akan ada kalanya kita terpeleset lagi. Yang penting, jangan nyerah. Setiap kali "kena" lagi, jadikan itu pelajaran. Analisis lagi, dan coba lagi untuk nggak "kena" di kesempatan berikutnya. You are stronger than you think, guys!
Kapan Harus Cari Bantuan Profesional?
Kadang-kadang, guys, masalah "kena lagi" ini bisa jadi lebih dalam dari sekadar kebiasaan buruk atau kurangnya kesadaran diri. Ada kalanya, pola perilaku yang merugikan diri sendiri ini bisa jadi gejala dari masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti depresi, kecemasan, atau bahkan trauma masa lalu. Kalau kalian merasa terjebak dalam lingkaran setan yang sama berulang kali, dan usaha self-help yang kalian lakukan nggak membuahkan hasil, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapis atau psikolog itu bukan cuma buat orang yang "gila" lho, guys. Mereka adalah para ahli yang terlatih untuk membantu kita memahami akar masalah, mengidentifikasi pola-pola yang nggak sehat, dan mengembangkan strategi coping yang lebih baik.
Bayangin aja kayak kalian punya mesin mobil yang sering mogok. Kalau kalian coba benerin sendiri tapi nggak ngerti mesinnya, malah bisa makin rusak. Tapi kalau dibawa ke bengkel resmi, mekaniknya tahu persis apa yang salah dan bisa benerin sampai tuntas. Begitu juga dengan kesehatan mental kita. Terkadang, kita butuh seorang ahli untuk melihat apa yang selama ini kita lewatkan. Mereka bisa membantu kita memproses emosi yang sulit, membangun kembali rasa percaya diri, dan mengembangkan cara pandang yang lebih sehat terhadap diri sendiri dan dunia. Jangan pernah merasa malu atau lemah karena butuh bantuan. Justru, mengakui bahwa kita butuh dukungan dan berani mencari bantuan itu adalah tanda kekuatan yang luar biasa. Ini adalah investasi jangka panjang untuk kebahagiaan dan kesejahteraan kita. Jadi, kalau kalian udah merasa cukup "kena" dan pengen banget keluar dari siklus itu, tapi rasanya susah sendirian, jangan ragu buat ngambil langkah ini. Your mental health matters!
Kesimpulan: Keluar dari Lingkaran "Kena Lagi"
Jadi, guys, kita sudah membahas banyak hal nih tentang fenomena "kena lagi" yang sering kita alami. Mulai dari alasan psikologis kenapa kita terus tertarik pada hal yang sama, sampai cara-cara praktis untuk mengatasi kebiasaan ini, dan kapan saatnya kita perlu mencari bantuan profesional. Intinya, "kena lagi" itu bukan berarti kita itu lemah atau bodoh. Seringkali, ini adalah hasil dari pola pikir yang terbentuk, kebiasaan yang sulit diubah, atau bahkan masalah yang lebih dalam yang perlu penanganan khusus. Kunci utamanya adalah kesadaran diri ( self-awareness ). Dengan mengenali pola-pola kita, memahami pemicunya, dan berani menghadapi akar masalahnya, kita bisa mulai mengambil langkah-langkah untuk keluar dari lingkaran tersebut.
Ingatlah, proses ini nggak akan instan. Akan ada hari-hari baik dan hari-hari buruk. Akan ada kalanya kita kembali "kena" lagi. Tapi, yang terpenting adalah bagaimana kita meresponsnya. Jangan jadikan kegagalan sebagai alasan untuk menyerah, tapi jadikan sebagai pelajaran berharga. Setiap kali kita berhasil menolak godaan atau membuat pilihan yang lebih baik, itu adalah sebuah kemenangan. Rayakan setiap pencapaian kecil, sekecil apapun itu. Dan yang paling penting, jangan pernah ragu untuk meminta bantuan. Baik itu dari teman, keluarga, atau profesional. Kita nggak harus melewati semuanya sendirian. Dengan ketekunan, kesabaran, dan kemauan untuk berubah, kita pasti bisa keluar dari lingkaran "kena lagi" dan mulai menjalani hidup yang lebih memuaskan dan bahagia. You got this! Semangat terus ya, guys!