Pancasila: Sejarah Dan Kitab Pengingat

by Jhon Lennon 39 views

Hey guys! Pernah kepikiran nggak sih, istilah "Pancasila" itu sebenarnya pertama kali muncul di mana dan kapan? Banyak dari kita yang tahu Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, tapi sejarah di baliknya, terutama soal literatur yang menyebutnya, kadang bikin penasaran. Nah, kali ini kita bakal ngulik lebih dalam soal istilah Pancasila dan kitab karangan yang pertama kali memuatnya. Siap-siap ya, ini bakal seru!

Jejak Awal Istilah Pancasila dalam Sastra Kuno

Jadi gini, guys, istilah Pancasila ternyata sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka, lho! Konsep ini nggak tiba-tiba muncul begitu saja. Para ahli sejarah dan filologi (ilmu tentang bahasa dan sastra kuno) telah meneliti dan menemukan bahwa kata "Pancasila" tercatat dalam beberapa kitab kuno dari India. Kitab-kitab ini bukan sembarangan, melainkan karya sastra dan keagamaan yang sudah berusia ratusan, bahkan ribuan tahun. Penemuan ini penting banget karena menunjukkan bahwa gagasan tentang lima sila atau pedoman hidup itu sudah eksis dalam peradaban lain, yang kemudian bisa jadi menginspirasi para pendiri bangsa kita.

Salah satu referensi terpenting yang sering disebut adalah Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Mpu Tantular ini hidup pada abad ke-14 di Kerajaan Majapahit. Bayangin aja, guys, zaman dulu banget! Dalam kitab ini, "Pancasila" digunakan untuk menyebut lima larangan atau pantangan. Konteksnya memang sedikit berbeda dengan Pancasila yang kita kenal sekarang, tapi penggunaan istilahnya lah yang menjadi poin utamanya. Mpu Tantular menggunakan lima larangan ini sebagai pedoman moral bagi para penganut agama Buddha. Penting untuk dicatat, guys, bahwa meskipun maknanya sedikit bergeser, penggunaan istilah Pancasila dalam Kitab Sutasoma ini dianggap sebagai jejak literatur paling awal yang diketahui. Ini membuktikan kalau kata "Pancasila" bukanlah ciptaan baru, melainkan sudah memiliki akar historis yang kuat di Asia Selatan dan Tenggara. Jadi, ketika Soekarno dan para pendiri bangsa merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, mereka sebenarnya sedang menggali kembali warisan luhur yang sudah ada.

Selain Kitab Sutasoma, ada juga kemungkinan istilah Pancasila merujuk pada konsep serupa dalam tradisi India lainnya. Misalnya, dalam beberapa ajaran Hindu, ada konsep Pancha Shila yang juga berarti lima prinsip moral. Namun, Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular memang yang paling sering dirujuk ketika membahas asal-usul istilah ini dalam konteks sejarah Nusantara. Para peneliti terus berupaya menggali lebih dalam lagi untuk menemukan bukti-bukti lain yang mungkin ada, tapi untuk saat ini, Kitab Sutasoma tetap menjadi 'bintang utama' dalam penelusuran ini. Fakta bahwa istilah ini ditemukan dalam karya sastra kuno menunjukkan kedalaman budaya dan filosofi yang melatarbelakangi pembentukan Pancasila. Ini bukan sekadar slogan politik, tapi sebuah konsep yang berakar dari kearifan lokal dan global yang telah ada sejak lama. Jadi, kalau ada yang bilang Pancasila itu baru, wah, berarti belum tahu nih soal Kitab Sutasoma! Seru kan kalau kita bisa lebih menghargai sejarah di balik setiap kata penting yang kita pakai sehari-hari? Yuk, kita terus belajar dan berbagi pengetahuan ini, guys!

Mpu Tantular dan Warisan Kitab Sutasoma

Oke, guys, kita sudah bahas sedikit soal Kitab Sutasoma dan Mpu Tantular. Tapi, siapa sih sebenarnya Mpu Tantular ini dan kenapa karyanya begitu penting? Nah, Mpu Tantular adalah seorang pujangga besar yang hidup pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14. Beliau bukan orang sembarangan, melainkan seorang tokoh intelektual yang memiliki pemahaman mendalam tentang filsafat, agama, dan sastra. Di masa itu, Majapahit adalah pusat kebudayaan dan kekuasaan yang pengaruhnya luas, dan pujangga seperti Mpu Tantular berperan penting dalam memperkaya khazanah keilmuan dan sastra kerajaan.

Kitab Sutasoma sendiri adalah sebuah karya monumental yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Kitab ini bukan hanya berisi tentang ajaran-ajaran agama, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis dan etika yang sangat kaya. Inti dari Kitab Sutasoma adalah ajaran tentang toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Mpu Tantular hidup di masa ketika Kerajaan Majapahit memiliki keragaman agama dan kepercayaan yang tinggi, dan beliau berusaha merajut benang-benang kebersamaan melalui karyanya. Beliau menekankan bahwa perbedaan bukan penghalang untuk hidup berdampingan secara damai. Konsep inilah yang mungkin menjadi salah satu inspirasi besar bagi para pendiri bangsa Indonesia di kemudian hari, mengingat Indonesia juga adalah negara yang sangat majemuk.

Nah, di dalam Kitab Sutasoma inilah, Mpu Tantular menyisipkan istilah "Pancasila". Seperti yang sudah kita singgung, Pancasila dalam konteks Kitab Sutasoma merujuk pada lima pantangan atau larangan yang harus dihindari oleh para pengikut ajaran tertentu. Misalnya, larangan membunuh, larangan mencuri, larangan berzina, larangan berbohong, dan larangan mabuk. Kelima larangan ini menjadi pilar moral untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Meskipun perbedaannya cukup jelas dengan Pancasila yang kita kenal sebagai dasar negara (yang terdiri dari Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan), penemuan istilah "Pancasila" dalam kitab ini sangatlah signifikan. Ini membuktikan bahwa gagasan tentang lima prinsip atau pedoman hidup bukanlah hal baru di Nusantara. Mpu Tantular, dengan kecemerlangannya, telah merangkai lima konsep moral yang kemudian namanya menjadi legenda.

Mengapa Kitab Sutasoma begitu istimewa? Selain karena memuat istilah Pancasila, kitab ini juga dikenal dengan bait-bait puisinya yang indah dan penuh makna. Salah satu kutipan yang paling terkenal dari Kitab Sutasoma adalah: "Bhinneka Tunggal Ika, tan Hana Dharma Mangrwa." Kalimat ini, yang artinya "Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada Dharma yang mendua," kemudian menjadi semboyan negara Indonesia. Subhanallah, guys, betapa panjang dan kaya sejarahnya! Jadi, Mpu Tantular tidak hanya memberikan istilah "Pancasila", tetapi juga konsep toleransi dan kerukunan yang sangat relevan hingga kini. Warisan Mpu Tantular melalui Kitab Sutasoma adalah bukti nyata bahwa kearifan lokal Nusantara memiliki akar yang dalam dan relevan dengan tantangan zaman. Mengetahui hal ini seharusnya membuat kita semakin bangga dan terinspirasi untuk menjaga serta mengamalkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para leluhur kita. Gimana, guys, makin penasaran kan sama sejarah Pancasila?

Pancasila: Dari Kitab Kuno ke Dasar Negara

Oke, guys, sekarang kita bakal ngomongin transisi yang keren banget: bagaimana istilah Pancasila yang awalnya ada dalam kitab kuno seperti Kitab Sutasoma bisa bertransformasi menjadi dasar negara Republik Indonesia. Ini adalah perjalanan yang panjang, penuh perjuangan, dan melibatkan banyak tokoh penting dalam sejarah bangsa kita. Jauh setelah Mpu Tantular menuliskan "Pancasila" sebagai lima pantangan moral, istilah ini sempat 'tidur' dalam khazanah sastra kuno. Baru pada awal abad ke-20, ketika semangat kebangsaan Indonesia mulai membara dan para pemuda mulai berpikir tentang masa depan bangsa, Pancasila kembali diangkat ke permukaan.

Tokoh sentral yang paling berjasa dalam menghidupkan kembali dan merumuskan Pancasila sebagai dasar negara adalah Bung Karno (Soekarno). Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Soekarno menyampaikan pidato legendarisnya yang berjudul "Lahirnya Pancasila". Dalam pidato inilah, Soekarno menguraikan lima butir dasar yang ia usulkan sebagai fondasi negara Indonesia merdeka. Lima butir ini adalah: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Yang menarik, guys, adalah bagaimana Soekarno meramu kelima prinsip ini. Beliau tidak menciptakan sesuatu dari nol. Soekarno dengan cerdas menggali nilai-nilai luhur yang sudah hidup dan berkembang di masyarakat Indonesia, yang sebagian berakar dari ajaran-ajaran kuno, termasuk konsep "Pancasila" yang pernah ditulis Mpu Tantular. Soekarno melihat bahwa konsep lima prinsip ini sejalan dengan aspirasi dan kebutuhan bangsa Indonesia yang majemuk. Ia kemudian menamai kelima usulannya ini dengan nama "Pancasila", sebuah istilah yang sudah memiliki jejak historis. Pemilihan nama ini tentu saja sangat strategis, karena memberikan kesan bahwa dasar negara yang diusulkan memiliki akar budaya dan sejarah yang kuat, bukan sekadar konsep asing yang dipaksakan.

Proses perumusan Pancasila tentu tidak berhenti pada pidato Soekarno. Ada perdebatan, diskusi, dan penyempurnaan yang dilakukan oleh para anggota BPUPKI. Perubahan terjadi, misalnya pada sila pertama yang awalnya berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" setelah ada masukan dari tokoh-tokoh non-Muslim, yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta. Perubahan ini menunjukkan komitmen para pendiri bangsa untuk menciptakan dasar negara yang inklusif dan dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang suku, agama, atau ras.

Akhirnya, setelah melalui berbagai tahapan, Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar 1945. Transformasi Pancasila dari sebuah istilah dalam kitab kuno menjadi pilar fundamental negara modern adalah sebuah bukti kehebatan para pendahulu kita dalam merajut harmoni antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ini menunjukkan bahwa Pancasila bukanlah sekadar warisan dari satu tokoh atau satu zaman, melainkan hasil dari proses panjang pengumpulan kearifan bangsa. Jadi, setiap kali kita mengucapkan atau mendengar kata "Pancasila", ingatlah perjalanan panjangnya, mulai dari bait-bait syair Mpu Tantular di masa Majapahit hingga menjadi denyut nadi kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini. Keren, kan, guys? Ini dia cerita lengkapnya soal istilah Pancasila dalam kitab karangan dan bagaimana ia menjadi dasar negara kita. Semoga menambah wawasan kalian semua ya!